mataKHATULISTIWA,- Stigma bahwa penjara hanyalah tempat untuk mengurung para narapidana ternyata salah. Belum banyak orang yang mengetahui tentang program SAE (Sarana Asimilasi dan Edukasi). Program ini adalah sarana pembinaan keterampilan bagi para narapidana.
Salah satunya di LAPAS Banceuy, Bandung. Area kosong di depan lapas digunakan untuk bengkel, tempat cuci motor dan mobil, café, hingga galeri. Beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.187, Situseeur, Bojongloa Kidul Bandung. Tempat ini dinamakan “De Pas Camp”.
“Tujuan program ini adalah untuk menunjukan ke masyarakat, bahwa di dalam itu ada pembinaan dan produktivitas. Saya sebagai pembina memiliki tugas untuk memberikan skill yang menjadi bekal hidup para napi setelah keluar,” ujar Agung selaku Pembina Lapas Banceuy.
Di tempat ini, banyak para narapidana dan juga “eks” narapidana yang dipekerjakan. Ada yang menjadi tukang cuci mobil dan motor, montir, barista, koki, tukang cukur dan masih banyak lagi. Semua keahlian ini mereka dapatkan dari hasil pembinaan selama mereka menjalani hukuman di Lapas Banceuy.

Bahkan, hasil karya seni yang berada di galeri di sini merupakan hasil dari para narapidana. Selain menghasilkan karya seni, para narapidana juga memiliki ternak ikan koi yang berada di dalam galeri. Semua hasil karya seni dan juga ikan koinya bisa dibeli dari harga mulai Rp20 ribu.
Sebagai infomasi, tempat ini sudah berdiri sejak tahun 2015 dan hasil yang didapatkan akan masuk ke PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Banyak narapidana dan eks narapidana yang bekerja disini dan turut membantu dalam banyak hal.
Namun sayang, karena aturan yang ketat dan narapidana di dalam lapas 95%-nya adalah napi kasus narkoba, sehingga persyaratan administrasinya tidak terpenuhi. Membuat saat ini tidak ada napi yang dipekerjakan di tempat itu.
Bahkan, di cafénya pun kini sudah tidak ada orang yang berasal dari lapas karena saat ini cafe sudah bergabung kemitraan dan sudah berasal dari orang umum. Sebelumnya, dari koki, pramuniaga, barista yang berada di café ini adalah narapidana yang berada di dalam Lapas Banceuy.
“Setiap orang yang berada di dalam lapas itu harus memiliki skill karena itu bekal yang paling berguna. Kalau bekal materi kan habis tetapi kalau tabungan ilmu kan tidak,” tambah Agung.
Jadi, stigma bahwa di penjara hanyalah untuk dikurung itu adalah hal yang salah besar. Selama di dalam penjara selain untuk menghadapi hukuman, tetap dibina juga dengan baik. Agar kelak menjadi orang yang lebih baik lagi.* (PARISAINI R ZIDANIA)