MATAKHATULISTIWA,- Namun setengahnya lagi berkata ada penasaran yang harus dilunasi..
Tangannya tua. Namun tegas, meski kaki gemetar menopang badan ringkih.
Tat kala suara krieeet dari pintu itu terbuka. Ia hanya melihat ruangan seukuran kamar tidurnya. Tidak terlalu besar. Namun bedanya, sangat berantakan.
Tak di dengarnya lagi suara tangisan itu. Ketika tangan terpatri untuk menutup lagi, sudut pandan Parlan pun mentapa ujung ruang.
Seseorang tengah meringkuk disana. Sudut nan gelap mengaburkan kehadirannya. Parlan awalnya ragu. Mana ada seseorang disini, dini hari, meringkuk menyendiri.
Ia mendekatinya, ia tepis pikiran buruknya. Mungkin ia terkunci dan tidak ada yang mengetahui ucap hati kecilnya.
Namun, kaki sudah melangkah. Tak ada waktu untuk berbalik kembali.
“Mbak, nuon sewu, panjenengan sinten nggih” (mba mohon maaf, anda siapa ya)